Kamis, 02 September 2010

FENOMENA MUDIK

Selama ini mudik rasanya sering dikaitkan dengan suatu agenda rutin dari serangkaian kegiatan selama peringatan hari besar keagamaan, misalnya lebaran. Bagi bangsa Indonesia momentum lebaran telah membentuk tradisi pulang ke kampung halaman atau mudik. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul bersama sanak saudara, selain tentunya juga orang tua.

Istilah mudik itu sendiri sering dialamatkan kepada orang kota yang pulang ke kampung halamannya. Mudik seolah menjadi sebuah ritual yang sudah mentradisi di masyarakat kita. Mudik sendiri bukan hanya menjadi milik kaum muslimin di Indonesia. Pada saat lebaran misalnya, banyak kaum non-muslim di Indonesia juga memanfaatkan momen mudik lebaran ini sebagai ajang untuk pulang ke kampung halamannya. Mungkin hal ini salah satunya disebabkan karena memang di saat momen mudik inilah terdapat waktu libur yang cukup panjang, sehingga memungkinkan untuk melakukan perjalanan jauh.

PS. Berdasarkan keterangan dari beberapa sumber berita.

Rabu, 01 September 2010

SAJAK SEDERHANA (LAGI-LAGI) UNTUK DIA



Dalam hariku, ingin kulantunkan namamu lewat untaian nada-nada.
Dan ingin kulukis senyummu lewat goresan-goresan tinta.
Itu saja. Jika tak akan bisa kusentuh hatimu dengan sebuah kata cinta.

Sedikit saja, izinkan aku mengenangmu di setiap helaan nafasku.
Izinkan aku menyimpan rindu itu tanpa rasa ragu.
Untuk hari ini, esok, dan selamanya.
Biar aku tunduk pada kepasrahan untuk cinta yang tak sempurna.

Surabaya, 22 Mei 2010


Aku duduk sendiri di sisi jendela. Mencium aroma lavender yang menyergap tiba-tiba dari arah kamar mama.
Dan ketika kusingkap gorden hijau tua yang melingkar di jendela, aku bisa menghirup aroma lain yang berbeda. Aroma matahari yang hadir bersama semburat cahaya yang mampu menyilaukan seantero kota sebelah timur Pulau Jawa.

Sungguh pagi yang begitu indah dan istimewa.
Aku bisa melihat dahan-dahan menari bersama embun yang jatuh lamat-lamat di permukaan. Ditemani angin yang terus bersiul bersama burung-burung gereja yang bertengger riang di genting-genting rumah bata.
Menciptakan harmoni yang mampu menawan segala bentuk kegelisahan yang berkecamuk dalam dada.

Ingin sekali membenamkan memoriku pada kesempurnaan yang tercipta pagi ini. Dan bercerita tentang apa saja. Tentunya bersamamu.

Bojonegoro, 31 Agustus 2010/05.53 WIB