Minggu, 30 Desember 2012

Like Puzzles

“Man and woman are like puzzles.” –William Sakhespeare (1564-1616) Saat kau membeli sebuah mainan – puzzle, kemudian mulai menyusunnya, mengaduk-aduk, mencari-cari pasangan yang tepat untuk mengisi bagian-bagian yang masih kosong, percayalah bahwa kepingan-kepingan puzzle tersebut menyimpan sebuah filosofi tersendiri. Ya, ketika kau mulai memainkan kepingan-kepingan itu, ia pun mulai bercerita padamu sekelumit konsep tentang kehidupan dan terlebih bercerita tentang makhluk berwujud pria dan wanita – adam dan hawa. Puzzle itu ibarat kehidupan. Kehidupan yang saat ini tengah berjalan. Kehidupan yang terkadang mudah seperti ketika kau menemukan pasangan-pasangan puzzle yang tepat dan kerap kali terasa sulit seperti ketika kepingan-kepingan itu belum juga menemukan kepingan lain yang mampu melengkapinya. Jika demikian, menyusun puzzle sama halnya dengan menyusun kehidupan. Ada kalanya hidupmu mengalami carut marut yang menyesakkan, karena cinta yang tak tersampaikan, cita yang tak terwujudkan, atau karena peradaban yang semakin tak berkeadilan, benar-benar seperti kepingan puzzle yang masih berserakan itu. Lalu kau mulai menyusunnya, menata hidupmu kembali dengan sangat berhati-hati. Dalam prosesnya, tentu selalu ada cerita tentang tangis dan tawa, tentang kemudahan dan kesulitan, kegelisahan dan kepercayaan, serta keterpurukan dan kebangkitan. Dan ketika puzzle itu telah tersusun, maka kehidupanmu menjadi lengkap dengan segala pelajaran tentang sabar dan ikhlas akan masa lalu dan bijaksana dalam menghadapi hari ini serta esok. Sementara puzzle juga menceritakan makhluk Tuhan bernama pria dan wanita. Keduanya tak ayal seperti kepingan-kepingan puzzle itu. Keduanya diciptakan untuk berpasang-pasangan dan saling mengisi, melengkapi. Fahd Djibran (2011) dalam bukunya, “Yang Galau, yang Meracau!” mengungkapkan bahwa Jerry (Tom Cruise) dalam film Jerry Maguire (1996) berkata pada Dorothy Boyd (Reene Zellweger), “You complete me.” Ketika itu, Jerry hendak menyatakan bahwa meskipun keseluruhan dirinya tampak berlawanan dengan sikap dan sifat yang dimiliki Dorothy, ia mengakui bahwa sebenarnya kehadiran Dorothy dalam hidupnya justru telah melengkapi banyak hal yang tak dimilikinya – kekosongan dalam diri Jerry (Djibran, 2011: 103). Dalam hal ini, perbedaan memang seharusnya tidak menjadi penghalang bagi setiap pasangan – pria dan wanita. Karena sejatinya, perbedaan itulah yang nanti menjadi pelengkap dari yang tidak dimiliki. Bagaimanapun, pria dan wanita diciptakan untuk saling menggenapi dan melengkapi satu sama lain, agar saling mengisi ruam-ruam kosong dalam diri dan kehidupan mereka, just like puzzles. “Itulah sebabnya kukatakan kepadamu. Bagiku, kaulah perempuan paling sempurna yang kumau. Sebab mencintaimu, menggenapkan seluruh hidupku.”-Fahd Djibran, 2011 Bojonegoro, 17 Januari 2012