Padahal aku belum sempat bertemu denganmu.
Benar-benar mengenalmu pun tidak.
Bahkan cerita-cerita yang kita risaukan selama ini belum menemukan akhirnya.
Tapi nyatanya kau pergi lebih cepat dari yang kukira.
Bahkan tanpa kata “selamat tinggal”.
Atau sekedar menitipkan salammu pada tanah, pepohonan, dan hujan yang masih terus turun.
Surabaya, 26 Maret 2011.
Sabtu, 26 Maret 2011
RINDU SEDERHANA
Aku rindu bercerita tentang langit yang selalu merah di malam hari.
Aku rindu bercerita tentang mimpi-mimpi yang sangat sulit ditemui.
Aku rindu bercerita tentang hari yang kadang dengan mudah dilalui.
Aku rindu bercerita tentang apa saja denganmu.
Sebuah rindu yang teramat sederhana.
Surabaya, 26 Maret 2011
Saat rinduku menitikkan air mata. Aku benar-benar rindu.
Aku rindu bercerita tentang mimpi-mimpi yang sangat sulit ditemui.
Aku rindu bercerita tentang hari yang kadang dengan mudah dilalui.
Aku rindu bercerita tentang apa saja denganmu.
Sebuah rindu yang teramat sederhana.
Surabaya, 26 Maret 2011
Saat rinduku menitikkan air mata. Aku benar-benar rindu.
Aku ingin menemukanmu...
Dalam terang yang apa adanya.
Dalam kelam yang tak pernah bicara.
Aku ingin menemukanmu...
Bersama embun yang merajuk malu-malu.
Bersama angin yang berdesir getir.
Aku ingin menemukanmu...
Dirimu yang pernah atau belum pernah kujumpai.
Dirimu yang pernah atau belum pernah terlintas dalam mimpi.
Dirimu yang pernah atau belum pernah diperkenalkan Tuhan hingga saat ini.
Aku ingin menemukanmu...
Sungguh.
Surabaya, 26 Maret 2011.
Saat ia pergi tiba-tiba.
Dalam terang yang apa adanya.
Dalam kelam yang tak pernah bicara.
Aku ingin menemukanmu...
Bersama embun yang merajuk malu-malu.
Bersama angin yang berdesir getir.
Aku ingin menemukanmu...
Dirimu yang pernah atau belum pernah kujumpai.
Dirimu yang pernah atau belum pernah terlintas dalam mimpi.
Dirimu yang pernah atau belum pernah diperkenalkan Tuhan hingga saat ini.
Aku ingin menemukanmu...
Sungguh.
Surabaya, 26 Maret 2011.
Saat ia pergi tiba-tiba.
Langganan:
Postingan (Atom)